Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025 menjadi momen bersejarah bagi guru-guru Muhammadiyah se-Sumatera Selatan. Pada Selasa, 25 November 2025, GOR Dempo Jakabaring tidak hanya menjadi saksi dari sebuah upacara resmi, namun juga menjadi panggung kebersamaan dan sportivitas yang menyatukan ribuan pendidik dari berbagai wilayah. Tahun ini, Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Sumatera Selatan menata kegiatan HGN dengan format baru: perpaduan khidmat upacara bendera dan kemeriahan turnamen futsal antarguru.

Sejak pukul 07.00 WIB, area GOR Dempo dipadati oleh rombongan guru dari kota dan kabupaten. Mereka datang membawa semangat tinggi—ada yang berjalan bersama kelompok sekolah, ada yang langsung menuju tribun, dan ada pula yang tampak sibuk menyapa rekan-rekan lama dengan senyum hangat.

Obrolan ringan bercampur tawa lepas terdengar di berbagai sudut ruangan. Momen ini menjadi ruang temu kembali bagi para pendidik yang selama ini hanya saling menyapa melalui grup WhatsApp atau forum diskusi daring. Hari itu, seluruh guru Muhammadiyah menyatu dalam satu panggung kebersamaan, mengenakan batik FGM yang seragam dan tampak anggun.

Pelaksanaan upacara tahun ini terasa berbeda. Jika sebelumnya selalu diadakan di lapangan terbuka, tahun ini seluruh rangkaian dilaksanakan di dalam GOR. Lampu-lampu stadion yang terang menciptakan nuansa megah namun tetap bersahaja.

Drs. Zairin, M.Pd tampil sebagai Komandan Upacara—tegas, tenang, dan penuh wibawa. Di bawah komandonya, barisan peserta mengikuti setiap aba-aba dengan disiplin tinggi. Suasana hening seketika ketika prosesi pengibaran bendera dimulai.

PAMUDA SMA Muhammadiyah 1 Palembang—Fahri Datan Rofiq, Muhammad Dwi Zaki, dan Muhammad Zaki Alpriaz—melangkah tegap, membawa Bendera Merah Putih dengan kebanggaan tersendiri. Ketiganya merupakan paskibra Kota Palembang, dan penampilan mereka menunjukkan kualitas latihan yang matang. Para guru yang menyaksikan ikut terhanyut dalam suasana haru saat Merah Putih perlahan berkibar di tengah GOR.

Dalam amanat Menteri Pendidikan yang dibacakan, ditegaskan bahwa guru hari ini memikul peran jauh lebih luas daripada sekadar penyampai materi—guru adalah pembentuk karakter, teladan moral, sekaligus navigator bagi generasi digital. Pesan tersebut disambut oleh sambutan Ketua PWM Sumsel, Ridwan Hayatuddin, SH., MH, yang memberikan penekanan kuat mengenai peran guru di era modern.

“Upacara HGN ini bukan sekadar acara seremonial,” ujarnya dalam wawancara khusus. “Ini adalah momentum untuk mengingat kembali betapa mulianya tugas seorang pendidik. Guru adalah pilar bangsa. Karena itu, kita harus terus berkembang dan tidak boleh berhenti belajar.”

Kalimat tersebut mendapat banyak anggukan dari peserta. Para guru menyadari bahwa perubahan zaman yang begitu cepat menuntut mereka untuk terus mengasah kompetensi dan memperkuat nilai-nilai akhlak.

Selepas upacara, tim jurnalistik Majalah Melati SMA Muhammadiyah 1 Palembang mendapat kesempatan istimewa: mewawancarai langsung Ketua PWM Sumsel. Bagi mereka, ini adalah pengalaman berharga—mendengarkan langsung pandangan seorang tokoh Muhammadiyah tentang masa depan pendidikan.

Tim jurnalistik menyampaikan bahwa mereka merasa sangat senang dan terhormat bisa berdialog dan menggali pandangan mendalam terkait peran guru di tengah tantangan zaman. Momen itu menambah warna tersendiri dalam liputan HGN kali ini.

Ridwan kembali menegaskan:

“Guru bukan hanya pengajar, tapi pembaharu. Kita harus bergerak mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam yang menjadi dasar perjuangan Muhammadiyah.”

Ketua FGM Sumatera Selatan, Muhammad Bustomi, M.Pd, menyampaikan sambutan yang penuh motivasi. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini memperkuat jejaring guru Muhammadiyah dari berbagai daerah.

“Melalui kegiatan ini, kita semakin solid. InsyaAllah tahun depan kita gelar kegiatan yang lebih besar, lebih meriah, dan lebih melibatkan banyak sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.

Menurutnya, silaturahim antar-guru adalah modal besar untuk peningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah di Sumatera Selatan.

Setelah upacara berakhir, GOR Dempo segera berubah wajah. Sorak-sorai menggema dari tribun saat turnamen futsal dimulai. Para guru membawa spanduk, pom-pom sederhana, bahkan beberapa membawa drum kecil untuk memberi dukungan kepada tim sekolah masing-masing. Di tengah riuhnya dukungan, satu nama mencuat kuat: Tim Futsal SMA Muhammadiyah 1 Palembang (SMAMSA).

SMAMSA turun ke lapangan dengan semangat penuh. Sang kapten, Yusuf Saleh Nasution, mengatakan bahwa persiapan menuju kompetisi ini telah mereka lakukan jauh-jauh hari.

“Kami fokus pada kekompakan dan ritme permainan,” jelasnya.

Tim SMAMSA mengusung tiga strategi kunci:

  • Pertahanan solid, menjaga struktur tim tetap rapat.

  • Tekanan bertahap, memaksa lawan melakukan kesalahan.

  • Koordinasi cepat untuk memaksimalkan serangan balik.

Hasilnya terlihat jelas. Pada babak penyisihan, mereka tampil dominan dan memenangkan beberapa pertandingan dengan skor meyakinkan. Namun perjalanan menuju final tidak mudah. Ada momen ketika SMAMSA tertinggal skor. Sorakan dukungan dari guru-guru SMAMSA menjadi energi tambahan yang mendorong mereka bangkit kembali.

Pertandingan final berlangsung sengit. SMAMSA menunjukkan permainan yang disiplin dan taktis. Beberapa peluang emas tercipta, menghasilkan gol-gol yang akhirnya menempatkan Yusuf sebagai kandidat Top Score kompetisi futsal FGM 2025. Meski SMAMSA harus puas dengan posisi Juara II, seluruh pendukung yang hadir berdiri memberikan tepuk tangan panjang. Bagi keluarga besar SMAMSA, ini bukan kekalahan—melainkan kemenangan atas perjuangan, kerja keras, dan kebersamaan.

HGN 2025 memberikan gambaran kuat tentang dunia pendidikan Muhammadiyah hari ini: penuh semangat, penuh kebersamaan, dan penuh perjuangan. Guru bukan hanya sosok yang berdiri di kelas, tetapi juga inspirator, pemimpin perubahan, dan teladan yang terus berkembang.

SMAMSA pulang bukan hanya membawa piala, tetapi membawa kebanggaan dan inspirasi bahwa perjuangan tidak berhenti di sini. Tahun depan, mereka akan kembali, lebih siap dan lebih percaya diri.HGN 2025 di GOR Dempo menjadi bukti bahwa ketika guru-guru Muhammadiyah bersatu, maka kekuatan itu akan memunculkan gelora besar yang tak hanya terasa hari ini—tetapi juga menginspirasi masa depan pendidikan Sumatera Selatan.

link kegiatan:

https://drive.google.com/drive/folders/1WrqBh9ucb0q3qw_nPMxILj5AgiirJsKa